Untuk ngilangin suntuk karna kerjaan, saya nyari2 tempat wisata disekitar kota padang. Rencana sih malam minggu mau camping dibelakang bukit kampus saya dulu, UNAND. Karna cuacanya sekarang lagi musim hujan terpaksa rencananya dibatalkan dulu. Udah kebayang diotak malam mingguannya jomlo gimana, eeh ternyata ada teman cewek penyelamat reputasi nge bbm ngajak keluar makan ketan durian. Dan dengan senang hatinya saya langsung bilang mau tanpa basa basi. Pulangnya habis nganterin si teman ke kosannya lagi, saya langsung ketempat kontrakan teman dan langsung tidur disitu gara2 kepala panas karna kebanyakan makan duren tadi, hehe.
Pagi hari, abis subuh lihat teman pada tidur nyenyak semua kayak gak bersalah aja. Saya pun pusing sendiri gak tau mau ngapain. Buat teh panas sambil pake henset denger musik, udah sejam berlalu mulai jenuh lagi. Sampai saya abis cari sarapan keluar pun mereka belum pada bangun. Dan akhirnya ilmu zaman kuliahan kepakai lagi, dalam beberapa menit saja ternyata sudah manjur dan mereka bangun dan diiring kata2 mutiara. Misi selanjutnya ngumpulin sisa2 teman kuliahan yg masih ada di kota padang karna rencana mau ngilangin stres masih belum hilang. Dan dirasa teman sudah cukup, perjalanan kami putuskan ke "gunung padang"
Berjarak sekitar kurang lebih 30 menit, kami berangkat sekitar jam 4 sore. Setelah sampai di kaki bukit, keramaian sudah terlihat dari banyaknya motor yg ada di parkiran dan tampa membuang waktu pendakian pen dimulai. Tidak seperti namanya, gunung padang hanyalah sebuah bukit di muara sungai yg cukup ditempuh sampai puncak sekitar 30 menit. Jalannya pun sudah bagus dengan anak tangga beton sampai ke puncak, tetapi pendakiannya cukup membuat keringat. Awalnya yg setelan kayak mau pergi kondangan, akhirnya sampai dipuncak udah kayak abis kebanjiran. Bagaiimana tidak, celana panjang dan jaket dirasa tak mendukung dan simpan dalam tas, sepertinya celana boxer dan kaos oblong paling cocok saat keringatan bercucuran deras.
Ditengah perjalan, ada sebuah goa kecil yg orang bilang disitu dimakamnya "Siti Nurbaya" yg kisah ceritanya mungkin sudah banyak didengar. Seorang wanita yg dinikahkan paksa dengan laki-laki bernama Samsul bahri atau lebih ngetren dikenal dengan nama Datuk maringgih yg bukan pilihan hatinya, melainkan paksaan orang tua. Saya pun tak sempat masuk karna disitu aroma mistiknya mulai terasa karena ada keranda mayat didalam goa tersebut dan kami pun langsung menuju puncak bukit.
Terhapus sudah lelah selama perjalan, dua sisi view dari puncak menawarkan permandangan yg berbeda. Sisi utar dengan panorama kota padangnya dan sisi selatan dengan pemandangan pantainya yg mengarah ke samudera hindia. Dari sini terlihat pantai air manis dengan cerita batu malin kundangnya yg terkenal, ditambah lagi gugusan pulau2 kecil dan salah satunya pulau sikuai yg cukup dikenal. Tebing batu yg curam serasa kita sedang berada diujung kota padang dan sepertinya sudah terobati rencana camping yg gagal. Kami pun mulai narsis dengan sisa2 jiwa muda yg masih ada, kamera pun mulai berfungsi maksimal dengan model2 dadakan silih berganti. Sebetulnya kami ingin sekali melihat sunset dari puncak ini, tapi mau gimana lagi karna cuaca kurang mendukang sehingga mataharinya tenggelam dengan tiba2 tampa menampakkan suasana keindahannya. Dan disitu lah akhir petualangan minggu itu, kami segera turun karna magrib mulai berkumandan. Dan aku pikir cukuplah untuk mengobati kejenuhan karna tuntutan pekerjaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar