Bukan aku tak pernah menghadirkan cinta di hatiku, menutup semua mata dan hatiku untuk orang yang tak berhak ku cintai. Bukannya aku tak acuh atau tak menyadari kehadiranmu, tapi mungkin untuk saat ini biarlah Allah lebih berhak bertahta di hatiku.
Kali ini aku telah jauh melangkah, membiarkan jiwa ini coba bermain dengan hati yg mungkin ku kagumi. Memang berat rasanya, tetap meyakini bahwa aku baik seperti biasanya sedangkan semuanya tak bisa dibohongi.Ini aneh, selama ini kupercaya bahwa ku takkan mudah jatuh cinta hingga ku menerima setiap persahabatan yg ditawarkan wanita, bukan satu atau dua. Semua kujalani seperti biasa dan coba mememahami mereka semampu yg ku bisa. Tapi hari ini semua terlihat berbeda, tak sama dan membingungkan, sepertinya aku sedang dipaksa untuk memilih, apakah dari mereka atau hatiku sendiri. Entahlah, akupun tak tau harus mengapa.
Aku sangat percaya tentang jodoh dan pasangan hidup, yah cuma ada satu. Ini bukan tentang imanku yg cukup kuat atau ketakwaan ku yg begitu sempurna, itu masih terasa jauh bagiku. Aku cuma berpikir bahwa mungkin saat ini aku belum selesai dengan masalah diri sendiri dan keluargaku. jadi anak pertama dan mempunyai dua saudara perempuan mungkin alasan, bagaimana mungkin menasehati adik perempuan ku untuk tak pacaran jika aku sendiri melakukannya. Dan setidaknya saat aku sudah menjadi seorang ayah atau kakek nanti ada suatu hal yg mungkin dengan bangga bisa di ceritakan pada mereka bahwa aku hanya pernah nyatakan cinta pada satu wanita.
Entah apa yg kan kuperbuat, mencoba berlari tapi tak mungkin untuk pergi. Semuanya berarti dan punya cerita yg tersendiri. Saat ini ku hanya ingin memperbaiki diri, belajar ikhlas dan merelakan, mungkin andai hal terburuk pun datang nanti aku pun tak merasakan begitu besar kekecewaan.
Satu yg terus ku tanya pada hati, "apa harus tetap memilih bahagia disaat yg lain terluka".
Entahlah, kita lihat saja nanti. sekarang tetap percaya pada apa yg kuyakini dan itu yg akan ku jalani. Mudah-mudahan ini yg terbaik dan semua akan baik- baik saja.
Minggu, 15 Februari 2015
Senin, 02 Februari 2015
Gunung padang & Siti nurbaya
Untuk ngilangin suntuk karna kerjaan, saya nyari2 tempat wisata disekitar kota padang. Rencana sih malam minggu mau camping dibelakang bukit kampus saya dulu, UNAND. Karna cuacanya sekarang lagi musim hujan terpaksa rencananya dibatalkan dulu. Udah kebayang diotak malam mingguannya jomlo gimana, eeh ternyata ada teman cewek penyelamat reputasi nge bbm ngajak keluar makan ketan durian. Dan dengan senang hatinya saya langsung bilang mau tanpa basa basi. Pulangnya habis nganterin si teman ke kosannya lagi, saya langsung ketempat kontrakan teman dan langsung tidur disitu gara2 kepala panas karna kebanyakan makan duren tadi, hehe.
Pagi hari, abis subuh lihat teman pada tidur nyenyak semua kayak gak bersalah aja. Saya pun pusing sendiri gak tau mau ngapain. Buat teh panas sambil pake henset denger musik, udah sejam berlalu mulai jenuh lagi. Sampai saya abis cari sarapan keluar pun mereka belum pada bangun. Dan akhirnya ilmu zaman kuliahan kepakai lagi, dalam beberapa menit saja ternyata sudah manjur dan mereka bangun dan diiring kata2 mutiara. Misi selanjutnya ngumpulin sisa2 teman kuliahan yg masih ada di kota padang karna rencana mau ngilangin stres masih belum hilang. Dan dirasa teman sudah cukup, perjalanan kami putuskan ke "gunung padang"
Berjarak sekitar kurang lebih 30 menit, kami berangkat sekitar jam 4 sore. Setelah sampai di kaki bukit, keramaian sudah terlihat dari banyaknya motor yg ada di parkiran dan tampa membuang waktu pendakian pen dimulai. Tidak seperti namanya, gunung padang hanyalah sebuah bukit di muara sungai yg cukup ditempuh sampai puncak sekitar 30 menit. Jalannya pun sudah bagus dengan anak tangga beton sampai ke puncak, tetapi pendakiannya cukup membuat keringat. Awalnya yg setelan kayak mau pergi kondangan, akhirnya sampai dipuncak udah kayak abis kebanjiran. Bagaiimana tidak, celana panjang dan jaket dirasa tak mendukung dan simpan dalam tas, sepertinya celana boxer dan kaos oblong paling cocok saat keringatan bercucuran deras.
Ditengah perjalan, ada sebuah goa kecil yg orang bilang disitu dimakamnya "Siti Nurbaya" yg kisah ceritanya mungkin sudah banyak didengar. Seorang wanita yg dinikahkan paksa dengan laki-laki bernama Samsul bahri atau lebih ngetren dikenal dengan nama Datuk maringgih yg bukan pilihan hatinya, melainkan paksaan orang tua. Saya pun tak sempat masuk karna disitu aroma mistiknya mulai terasa karena ada keranda mayat didalam goa tersebut dan kami pun langsung menuju puncak bukit.
Terhapus sudah lelah selama perjalan, dua sisi view dari puncak menawarkan permandangan yg berbeda. Sisi utar dengan panorama kota padangnya dan sisi selatan dengan pemandangan pantainya yg mengarah ke samudera hindia. Dari sini terlihat pantai air manis dengan cerita batu malin kundangnya yg terkenal, ditambah lagi gugusan pulau2 kecil dan salah satunya pulau sikuai yg cukup dikenal. Tebing batu yg curam serasa kita sedang berada diujung kota padang dan sepertinya sudah terobati rencana camping yg gagal. Kami pun mulai narsis dengan sisa2 jiwa muda yg masih ada, kamera pun mulai berfungsi maksimal dengan model2 dadakan silih berganti. Sebetulnya kami ingin sekali melihat sunset dari puncak ini, tapi mau gimana lagi karna cuaca kurang mendukang sehingga mataharinya tenggelam dengan tiba2 tampa menampakkan suasana keindahannya. Dan disitu lah akhir petualangan minggu itu, kami segera turun karna magrib mulai berkumandan. Dan aku pikir cukuplah untuk mengobati kejenuhan karna tuntutan pekerjaan
Pagi hari, abis subuh lihat teman pada tidur nyenyak semua kayak gak bersalah aja. Saya pun pusing sendiri gak tau mau ngapain. Buat teh panas sambil pake henset denger musik, udah sejam berlalu mulai jenuh lagi. Sampai saya abis cari sarapan keluar pun mereka belum pada bangun. Dan akhirnya ilmu zaman kuliahan kepakai lagi, dalam beberapa menit saja ternyata sudah manjur dan mereka bangun dan diiring kata2 mutiara. Misi selanjutnya ngumpulin sisa2 teman kuliahan yg masih ada di kota padang karna rencana mau ngilangin stres masih belum hilang. Dan dirasa teman sudah cukup, perjalanan kami putuskan ke "gunung padang"
Berjarak sekitar kurang lebih 30 menit, kami berangkat sekitar jam 4 sore. Setelah sampai di kaki bukit, keramaian sudah terlihat dari banyaknya motor yg ada di parkiran dan tampa membuang waktu pendakian pen dimulai. Tidak seperti namanya, gunung padang hanyalah sebuah bukit di muara sungai yg cukup ditempuh sampai puncak sekitar 30 menit. Jalannya pun sudah bagus dengan anak tangga beton sampai ke puncak, tetapi pendakiannya cukup membuat keringat. Awalnya yg setelan kayak mau pergi kondangan, akhirnya sampai dipuncak udah kayak abis kebanjiran. Bagaiimana tidak, celana panjang dan jaket dirasa tak mendukung dan simpan dalam tas, sepertinya celana boxer dan kaos oblong paling cocok saat keringatan bercucuran deras.
Ditengah perjalan, ada sebuah goa kecil yg orang bilang disitu dimakamnya "Siti Nurbaya" yg kisah ceritanya mungkin sudah banyak didengar. Seorang wanita yg dinikahkan paksa dengan laki-laki bernama Samsul bahri atau lebih ngetren dikenal dengan nama Datuk maringgih yg bukan pilihan hatinya, melainkan paksaan orang tua. Saya pun tak sempat masuk karna disitu aroma mistiknya mulai terasa karena ada keranda mayat didalam goa tersebut dan kami pun langsung menuju puncak bukit.
Terhapus sudah lelah selama perjalan, dua sisi view dari puncak menawarkan permandangan yg berbeda. Sisi utar dengan panorama kota padangnya dan sisi selatan dengan pemandangan pantainya yg mengarah ke samudera hindia. Dari sini terlihat pantai air manis dengan cerita batu malin kundangnya yg terkenal, ditambah lagi gugusan pulau2 kecil dan salah satunya pulau sikuai yg cukup dikenal. Tebing batu yg curam serasa kita sedang berada diujung kota padang dan sepertinya sudah terobati rencana camping yg gagal. Kami pun mulai narsis dengan sisa2 jiwa muda yg masih ada, kamera pun mulai berfungsi maksimal dengan model2 dadakan silih berganti. Sebetulnya kami ingin sekali melihat sunset dari puncak ini, tapi mau gimana lagi karna cuaca kurang mendukang sehingga mataharinya tenggelam dengan tiba2 tampa menampakkan suasana keindahannya. Dan disitu lah akhir petualangan minggu itu, kami segera turun karna magrib mulai berkumandan. Dan aku pikir cukuplah untuk mengobati kejenuhan karna tuntutan pekerjaan
Langganan:
Postingan (Atom)